KOMODO yang kami temui di Loh Liang, pulau Komodo, tampak berbaring malas-malasan di tanah. Jagawana yang memandu kami dengan berani duduk di hadapannya, memegang kamera dan menyuruh kami satu persatu berpose di belakang ekor sang hewan.
Seperti itulah pose ala turis yang sering saya lihat di media sosial (dan akhirnya saya lakukan juga), hahaha! Not that bad. Sedikit uji nyali malah, kuatir ekor si komodo bakal mengibas tangan atau muka.
Jagawana bilang komodo ini sudah sepuh. 30 tahun. *Seketika semua pengunjung langsung ingin bakar KTP masing-masing*
Meskipun demikian kewaspadaan tinggi tetap diperlukan dalam menghadapi reptil malas tapi buas ini. Kami dilarang membuat gaduh atau membuat gerakan mendadak yang bakal memancing refleks berburu si ganas.
Bunyi daun kering atau ranting patah terinjak di sesemakan kerap membuat saya terkejut, ngeri membayangkan ada komodo tengah mengincar. Meskipun jagawana siap mendampingi dengan tongkat bercabang di ujungnya, tapi memang sebaiknya pengunjung jangan sampai berpencar jauh apalagi terpisah dari rombongan.
Walaupun setelah ditengok sumber bunyi tadi ternyata hanya kehadiran rusa, atau babi hutan, atau burung maleo. Untung bukan kehadiran mantan #ehgimana
Karena keterbatasan waktu, kami hanya memilih rute super-short trek saja (sekitar 800 m pp). Padahal ada pilihan lain seperti short, medium, long, hingga adventure trek. Tak apa lain kali saya bisa kembali.




Berikut adalah sedikit wawancara imajiner dengan komodo alias naga melata yang saya sarikan dari tanya jawab langsung dengan jagawana di Loh Liang, sekaligus tambahan referensi dari berbagai sumber (salah satunya smithsonianmag.com). Selamat menikmati! 😉
Halo, silakan perkenalkan diri!
Nama asli: Varanus komodoensis. Nama panggilan: Komodo. Hobi: tidur, makan.
Maaf membuka kenangan lama, tapi darimana kalian berasal?
We’re originally from Australia, mate! Sekitar 300 ribu hingga 4 juta tahun lalu. Itu kalau ditelusuri berdasarkan bukti fosil di Australia, Kepulauan Sunda Kecil, hingga Jawa.
Bagaimana kalian bertahan hidup dari jaman purba hingga ke era digital zaman now?
Kuasa Allah #sujudsyukur #komodosyariah Kalau ditilik secara evolusi, kami mengembangkan kemampuan bertahan hidup di pulau ini sebagai top predator. Sepupu kami Megalania (Varanus priscus) di Australia yang bertubuh jauh lebih besar hingga sekitar 5 meter sayangnya tak kuat menghadapi cobaan hidup bertubi-tubi hingga akhirnya punah.
Berapa banyak jumlah kalian sekarang?
Populasi komodo di alam liar sekitar 3 ribu ekor, tersebar di 5 pulau (Komodo, Rinca, Gili Motang, bahkan di pesisir barat Flores). Khusus di Flores, keberadaan manusia dan pembangunan yang pesat menyebabkan habitat kami semakin tergusur dan jumlahnya kini kurang dari 100 ekor saja.
Bagaimana cara kalian meneruskan keturunan?
Bertelur. Siapapun yang mengira kami melahirkan, apakah pernah melihat susu komodo?
Apa yang dilakukan bayi komodo setelah menetas?
Secara naluriah mereka akan segera memanjat pohon, dan tinggal di sana selama 1-2 tahun kehidupan awal. Mereka bertahan hidup dengan memangsa serangga dan hewan kecil lainnya.
Kenapa naik ke pohon?
Kalau naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali. Ya kali naik gunung! Jadi, bocah-bocah itu memanjat pohon untuk menghindari predator.
Predator? Apakah ada yang sanggup memangsa kalian?
Kami adalah kanibal, hahaha! Anak-anak kami kerap jadi mangsa empuk komodo dewasa yang sedang lapar atau tak ingin berbagi wilayah.
Seberapa besar ukuran komodo dewasa itu?
Panjang bisa mencapai 3 meter, berat bisa mencapai 70 kg.
Apakah komodo dewasa memanjat pohon?
Sayangnya tidak. Kami hanya memanjat pasangan hidup untuk berkembang biak.
Omong-omong tentang berkembang biak, monogami atau poligami?
Di pulau ini hanya burung maleo yang setia pada satu pasangan. Hope that answers.
Bagaimana cara komodo menyerang mangsa?
Biasanya kami mengendap diam-diam dalam mengincar mangsa. Kesabaran kami boleh diadu sama mereka yang masih sabar menanti jodoh. Rahang kami tidak sekuat buaya, itulah yang menyebabkan kami tak sanggup menggigit mangsa lama-lama. Tapi kami sungguh sabar menanti mangsa sampai tewas kehabisan darah atau terinfeksi luka gigitan.
Jadi akibat mulut berbisa atau berbakteria?
Selama ini air liur komodo dipercaya mengandung berbagai jenis bakteri berbahaya. Tetapi penelitian Bryan Fry dari Universitas Melbourne pada tahun 2009 mengindikasikan bahwa terdapat kelenjar bisa (venom) di rahang bawah komodo. Efek dari bisa ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengganggu pembekuan darah.
Seberapa fatal gigitan kalian?
Salahkan kerbau yang setelah digigit malah berendam di kubangan lumpur, akibatnya luka jadi infeksi. Mestinya ia langsung ke Puskesmas. Selama kau langsung mendapat perawatan intensif dari dokter tentu peluang bertahan hidup semakin besar. Tapi alangkah lebih baik lagi jika kalian bisa menjaga diri, menjaga hati, jangan kau nodai.
OK, ada pesan-pesan terakhir buat pembaca?
Kau kira aku terpidana mati disuruh kasih pesan-pesan terakhir? Grauk juga nih! HAP! HAP!
Baca juga: Wawancara Imajiner: Tangkasi
Disgiovery yours!
Disclaimer:
Perjalanan ke Loh Liang di Taman Nasional Komodo terselenggara atas kerjasama Asita NTT bersama teman-teman Travel Bloggers Indonesia. It was an awesome experience I’ll never forget!




Apakah komodo dewasa memanjat pohon?
“Sayangnya tidak. Kami hanya memanjat pasangan hidup untuk berkembang biak.”
Harusnya ada pertanyaan tambahan
Apakah gadis-gadis komodo dengan mudah kalian panjati? I mean, apakah mereka gampang buat diajakin pacaran gitu? Soalnya gadis-gadis betulan agak susah didekati dewasa ini.
Yaaaaaan… apakah ini semacam curhat dewasa??? Hahaha 😀
Hahaha…Kak Gio kreatif sekali. Pokok pikiran wawancara imajiner dengan komodo ini ya. Terus ada nggak pesan dari Komodo Mengapa wanita haid sangat ia sukai?
Hahaha nanti aku tambah pertanyaannya, mudah2an bung komodo masih ada waktu buat jawab 😉
Hahaha, kreatif nian Mas Gio! Menarik banget dan asyik dibaca 🙂
Saya dulu pernah lihat Komodo melahap rusa yang telah mati di kolam itu, habis-habisan :O
Thanks kak Rifqy 🙂
Wah beruntung bisa lihat komodo lagi makan, gak tergiur ikutan, kak? #eh
Ini dia yang aku cari… Terus bagaimana caranya pergi ke pulau komodo dan lain-lain? maksudku aku rencana sewa phinisi rame-rame yang bisa ngantar muter-muter itu, dari Labuan Bajo. Ada pengalaman?
Biasanya di Labuan Bajo ada banyak agen yg menawarkan paket island hopping ke Komodo. Pilih sesuai budget aja, kak 🙂
hahahaa.. wawancara yang informatif sekaligus menghibur. trus gue google Varanus prisca, buset ngeri juga yaa..
Thanks kak Vira 🙂
Boleh kak dibikin sketsa Varanus prisca, nanti aku sampaikan ke bung Komodo biar dia teringat sepupunya 😉
“apakah komodo ini jenis makanan lebaran?”
“bisa jadiii-bisa jadiiii” sambil teriak2
“apakah komodo ini terbuat dari beras?”
“tidaaak!” masih ngotot
“dari teriguuu?” ikutan ngotot
“iyaaaaa! iyaaaa! nanya mulu sik! kamu tahu nggak?”
#terEatBulaga
#apasih
etapi postinganmu ini keren kak, hiburan dikala lapar & dahaga selama berpuasa. aku ngakak-ngakak sendiri di kubikel haha, goblos pisan eta mah si komodo nyak
Hahaha emangnya masih ada acara Eat Bulaga? 😀
Makasih kak Fahmi, moga si komodo turut senang hasil wawancara dengannya ternyata bisa menghibur 😉
ati2 tuh digaplok ekor komodo kykny terbang ke langit langsung
Ke puncak asmara
#halah
Ilmumu terlalu tinggi mas, jadi Komodo pun dengan mudah mas ajak berkomunikasi hehehhehhe; Bisa jadi waktu yang lain lewat dia sengaja diam, sabar dan menunggu orang itu terbuai kelengahannya. Dikira mangsa hehehehheh
Hahaha iya, walau kelihatan malas tapi kalau sudah menyergap mangsa bisa tak kenal ampun.
Untung aku sudah menguasai ilmu kanuragan 😉 #halah
komodonya baper, yang ngewawancara terpenjara kenangan. banyakan mana komodo cowok dan cewek?
Nah pertanyaan bagus kak Indri.. bentar aku tanya pawangnya dulu, hahaha 😀
Tulisannya informatif sekali nak Gio, sarat akan pengetahuan yang koheren dan kohesif baik terhadap perkembangan studi keilmuan maupun panduan literatur di nusantara. Koeksistensi spesies tertua di dunia ini cukup menarik untuk dipahami secara menyeluruh. #ihguengomongapabarusan
Hahaha! Panda sehat? Panas?
*selubungin karung goni basah*
Wah kemaren baru aja nonton tentang Komodo di NGC. Tapi saya baru tau ternyata komodo asalnya juga dari Australia..
Selalu menarik memang mempelajari seluk beluk hingga asal usul suatu makhluk 😉
Kak ada susu komodo? hahahaha
Ada yuk kita jadi buzzernya! 😉
Percakapan yang menarik dan kreatif kak Gio, jadi banyak tau tentang Komodo lewat cerita-cerita yang banyol.
Ohw, ternyata komodo dewasa gak bisa manjat pohon yah cuma bisa manjat betinanya. I
Ohw, anak komodo tinggal di pohon selama 1-2 tahun yah.
Berharap bisa mengunjungi pulau komod juga, pengen tau lebih banyak.
Thanks kak Akbar, semoga postingan ini bisa menambah wawasan ttg komodo 😉
artikelnya keren kak, kreatif dan enak dibaca……, rasanya masih kurang lama wawancara-nya. Masih pengen baca cerita-cerita lainnya tentang Komodo ini…
Hehehe tenang, rencana bakal di-update wawancaranya misal ada info2 menarik lainnya tentang komodo. Stay tuned! 😉
Hobi: makan dan tidur. Lha kok sama? 😐 Apakah nenek kami sama?
Wah kamu beruntung, Badai, soalnya pas aku ke Pulau Komodo pas musim kawin, jadi mereka pada ngabur ke dalam hutan. Gitu-gitu mereka peduli privacy juga ternyata.
Hahaha iya itu kan kamu banget 😉
Mereka kabur ke hutan karena tak ada hotel jam-jaman di pulau #astaga
Indah banget cuy, cita-cita sukses I’ going for 😀
Cita-citamu wawancara komodo juga? 😉
Sumpah aku ngakak baca wawancaranya. haha. Koplak banget. Cukup kreatif dan sangat menghibur.
First time nih berkunjung ke blog ini. bakal setia baca di sini. Eh..
Salam kenal ya Mas Gio
Hehehe senang sudah bisa menghibur. Sering-seringlah berkunjung kemari 🙂 Salam kenal juga mas Hanif!
Hahahaa…. Aslii, gak berhenti2 ngakak bacanya!
Udah lama gak nemu anekdot kreatif yang punya isi informatif kayak begini… 😀
Ahahaha senang bisa menghibur 😀
Nantikan part 2-nya kak 😉