MALAM sebelumnya kami saling mengingatkan untuk bangun dini hari demi berburu foto-foto kabut di hutan damar Pahmungan.
Saya sudah membuka mata mendahului bunyi alarm dan beduk Subuh. Suasana masih gelap. Teman-teman masih lelap. Kami tidur beramai-ramai di paviliun rumah seorang kawan.
Pukul 06:00 seharusnya kami sudah sampai di hutan damar, tapi tidur saja masih lelap.
Pukul 07:00 seharusnya sudah mendapat kabut di hutan damar, tapi apa-apaan ini? Kopi panas, pisang goreng, dan ubi rebus mengepul-ngepul terhidang di meja. Tak elok rasanya menolak sajian tuan rumah. Terpaksa kami ngopi-ngopi dulu (dengan senang hati).
Pukul 09:00 akhirnya tiba jua kami di pekon (desa) Pahmungan dengan tekad tetap berkunjung ke hutan damar. Walau kabut pupus sudah. Pekon Pahmungan terletak di kec. Pesisir Tengah, kab. Pesisir Barat (camkan baik-baik, jangan tertukar ;)), provinsi Lampung, negara Indonesia. Sewaktu kami menanyakan arah jalan masuk ke hutan, seorang ibu menyarankan kami menemui pak Sahyar. Beliau bisa menjadi pemandu kami dalam hutan.
Di Dalam Hutan Damar
Pak Sahyar, usia 65, masih tampak gagah meski rambut sudah tipis memutih. Beliau sedang beristirahat di rumahnya, namun tanpa banyak tanya langsung menyanggupi maksud kedatangan kami. Sepertinya ia sudah terbiasa menjadi pemandu hutan damar. Meski kebanyakan yang datang ke sini adalah peneliti, demikian ia menjelaskan.
Kami berjalan menyusuri jalan perkampungan yang berliku sebelum mulai sampai di jalan tanah yang menanjak. Rumah penduduk mulai jarang terlihat digantikan oleh rimbun pepohonan. Pokok-pokok pohon yang lurus menjulang mulai tampak rapat membentuk kanopi hutan di pucuk-pucuknya. Udara lebih sejuk dan basah.
Beberapa batang pohon tampak sudah dikikir dari bagian bawah hingga ke atas dengan bentuk-bentuk segitiga yang sekaligus berfungsi sebagai pijakan kaki untuk memanjat. Dari jauh tampak bagai totem. Kami sudah memasuki kawasan hutan damar. Pekon Pahmungan sendiri memiliki area hutan damar hingga seluas 2.500 hektar. Ini adalah wilayah hutan produksi yang sudah dirintis Belanda sejak 1829.
Mata Kucing & Pohon Keramat
Ternyata mata kucing yang sohor di pesisir Lampung adalah jenis pohon damar mata kucing (Shorea javanica) yang banyak tumbuh di area ini. Disebut mata kucing karena warna getah yang bening bak kilau mata kamu kucing. Mata kucing ini berharga karena menjadi penghidupan mayoritas penduduk pekon Pahmungan, yang kebanyakan adalah lahan turun temurun dari generasi ke generasi. Bahkan masih banyak yang menganggap pohon damar ini sakral sehingga ada pantangan untuk menebangnya. Saya sendiri berpendapat biarlah pohon damar dianggap keramat supaya tak ada penebangan liar.
Pohon damar butuh tumbuh hingga usia minimal 20 tahun untuk menghasilkan getah resin berkualitas baik. Getah damar banyak digunakan untuk industri cat, tinta, farmasi, hingga kosmetik. Namun karena masa panen getah yang lama, biasanya penduduk menanam pula pohon konsumsi. Pak Sahyar sendiri memiliki repong (satu lahan hutan yang ditanami beberapa jenis pohon) hingga seluas 5 hektar. Selain damar, beliau menanam juga pohon duku, mangga, hingga durian.
Pak Sahyar bahkan bergurau jika ada yang bertanya, “Pak Sahyar punya lahan hutan damar berapa hektar?”
Beliau akan menjawab, “5 hektar.”
“Kalau lahan kebun duku?”
“5 hektar.”
“Kebun mangga?”
“5 hektar.”
“Kebun durian?”
“5 hektar.”
Hahaha, pak Sahyar tidak bohong karena pohon-pohon tsb memang ditanam dalam satu repong yang sama yakni seluas 5 hektar sahaja.

Harimau Pemakan Durian
Kami berjalan masuk makin jauh ke dalam hutan. Yang terdengar di kuping hanya denging serangga, dan deru nafas yang memburu. Sesekali kami menyusuri sungai berbatu-batu yang sedang surut namun berair jernih. Duhai ingin rasanya menceburkan diri dan mandi-mandi di palungan sungai.
Lokasinya yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membuat hutan damar Pahmungan juga kerap didatangi hewan-hewan rimba seperti harimau atau beruang hitam. Nyaris tak percaya saya ketika pak Sahyar bilang harimau juga suka menyantap buah durian jatuh. Biasanya jika di dalam hutan terdapat tumpukan biji durian yang seperti tersusun rapi maka itu biasanya bekas santapan harimau. Sekaligus tanda supaya kamu waspada, ujar pak Sahyar.
Jika biji-biji durian tampak berserakan maka itu bekas pesta pora beruang hitam.
Kalau hati yang terserak? Nyaris celetukan itu keluar namun saya tak ingin biji saya diumpankan pak Sahyar ke harimau.
Kami melepas lelah di depan sebuah pondok kecil penunggu lahan. Duduk melingkar sambil mendengarkan ‘ccs’ (cerita-cerita seru) pak Sahyar 😉 Posisi duduk melingkar ini pun berfungsi supaya kami dapat saling mengawasi apa yang berada di sekeliling. Imajinasi saya yang kerap over kuota membayangkan ada harimau tukang tahu bulat tiba-tiba muncul di belakang punggung salah satu di antara kami. Wow, sungguh imajinasi nan liar!
Pak Sahyar juga berkisah mengenai pertemuannya dengan tukang tahu bulat harimau, sekaligus 4 ekor! Pada waktu itu pak Sahyar sedang ngaso di dalam hutan. Lalu terdengar bunyi dahan patah. Tanpa diduga muncullah seekor harimau!
Disusul satu ekor lagi!
Lagi, dan lagi!
Ukuran mereka memang tak terlalu besar, paling besar seukuran kambing. Namun tetap saja tak bisa sembarangan menghadapi raja rimba. Berusaha tetap tenang, Pak Sahyar kemudian memantik api yang biasanya dipakai untuk rokok. Barangkali harimau-harimau itu sedang kenyang dan tidak sedang mencari mangsa, atau apalah, yang jelas mereka pun akhirnya berlalu tanpa mengusik pak Sahyar. Bayangkan kalau harimau-harimau itu tiba-tiba mencolek beliau, “Om, bagi apinya buat rokok.” Hiyaaaa!
Harimau pergi, baru merindinglah Pak Sahyar, dan langsung lari terbirit-birit lintang pukang ia.
Cerita-cerita seru usai, Pak Sahyar masih bersemangat mengajak kami untuk melanjutkan trekking. Berhubung sudah lewat tengah hari sementara kami sudah harus kembali ke Jakarta malam itu juga, akhirnya dengan sopan kami terpaksa menolak tawarannya.
Sampai jumpa lain kali pak Sahyar, kami kan kembali untuk berburu kabut hutan damar Pahmungan!
Disgiovery yours!
Catatan: Rute ke Pesbar (Pesisir Barat) dari Bandar Lampung sebaiknya melewati Lambar (Lampung Barat). Singgahlah sehari di Liwa, ibukota Lambar, yang punya udara sejuk dan dijuluki kota kabut.
Tak terbayang berada di posisi Pak Sahyar ketika bertemu 4 Harimau sekaligus,
Mungkin kalau orang awam hanya berpikir bagaimana caranya agar bisa lari sekencang-kencangnya atau manjat setinggi-setingginya, atau paling parah nangis sekencang-kencangnya. Namun yang paling penting dilakukan berdoa sekhusyuk-khusyuknya sebelum ajal menjemput. *imajiner pagi ini*
Hahaha bagus kok imajinasi kak Akbar 😉
Pak Sahyar emang cool orangnya, mungkin harimau juga jadi segan 😀
Pohonnya benar-benar menjulang tinggi. Tapi yang nggak kebayang gimana rasanya itu pas keteu Harimau. Ya Allah, kalau orang awam yang ngelihat bisa langsung lari terbirit-birit. Bikin Harimau yang awalnya nggak selera mau nyolek malah bersemangat ngejar 🙁
Padahal kalau langsung lari terbirit-birit malah memancing agresi si harimau. Cool calm aja kayak pak Sahyar 😉
*ngomong emang gampang ya*
Mungkin saya akan gamang jika pada posisi Pak Sahyar saat berhadapan dengan 4 harimau. Tapi mungkinkah harimau menghindar hanya dengan memantik apa? Trik bagus, kalau itu memang benar. 😀
Selain memantik api, mungkin pak Sahyar juga punya ajian lain yang membuat harimau enggan menyoleknya. Wallahualam 😉
Baru tahu kalo harimau doyan duren :p
Sama bang! Mungkin duren Lampung emang beda, hahaha!
aku malah penasaran kak ama tempatnya secara alami begitu
Masih alami, kak Winny, masih ada harimaunya, hahaha! 😀
Lhohh ada harimau yang juga makan durian. Ternyata yang suka durian tidak cuma manusia. Jadi penasaran, emang seenak apa duriannya sampe harimau juga pada suka *ngiler
Nice share.. 😀
Durian Lampung konon memang enak, apalagi durian jatuh yang matang pohon. Olala, bisa2 rebutan sama harimau nih, hahaha!
menarik cerita pak sahyar dengan harimau.. di aceh ada cerita yang sering diceritakan sama orang2 yang suka ambil durian. harimau suka durian dan bedanya harimau makan dengan babi hutan makanpun diceritain..
😀
Maksudnya harimau dan babi hutan sama-sama pesta durian? 😮
padahal saya ngarepnya kak gio yang ketemu sama harimaunya….,, hahaha
Waaaaaak jangan dong, kecuali harimaunya pakai berangus di mulutnya dan kuku-kukunya udah di meni-pedi
#halah
hikss merinding bayangin 4 ekor harimau lewat. berarti hutannya masih lebat dan alami dong yach?
Hutan damarnya masih satu area sama Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, gak heran masih banyak satwa liar di sana 🙂
Tukan tahu bulatnya pakai leging macan tutul tuh, ahhahaha
Hahaha bisaaa bisaaa 😀
Serem juga kalau ketemu harimau, itu kayak kristal gitu, mengeras ya mas ..
Uji nyali mas buat ketemu langsung di hutan. Betul pada akhirnya hasil sadapan damar bakal mengeras, mas 🙂
menantang banget, keren!
Adis takdos
travel comedy blogger
http://www.whateverbackpacker.com
Ayo tantang balik harimaunya, kak! Hehehe 😉
Aduhaai, sungainya jernih sekali 🙂
Betapa berjasanya Belanda ya, yang telah merintis damar ini sejak lama, kini menjadi mata kucing berharga turun-temurun.
Saya ngakak nih baca bagian kalau harimaunya tiba-tiba mendekat si bapak sambil minta bagi rokok 😀
Betul, terkadang ada hikmah yang bisa diambil dari peninggalan penjajah kolonial, salah satunya mata kucing ini 🙂
Hahaha, senangnya sudah bisa bikin kak Rifqy ketawa 😀
suasananya keren banget kayaknya mas….
jadi pengen nyoba ane….
Keren misterius 🙂 Tapi emang gak bakal nyesel kok, hehe..
Mungkin saking rusaknya habitat kita sampe binatang buruan harimau pun langka.
alhasil harimau pun jadi doyan durian deh. hihihi
Ahaha bisa jadi… atau mungkin ada juga harimau vegetarian.. 😉