disgiovery.id
PAMAN Eddie, kami memanggilnya. Bak tokoh legenda, ia berkepala 7 berkaki seribu. Sosoknya masih tegap untuk orang seusianya, tapi yang paling saya rasakan adalah semangatnya yang masih meluap-luap dalam memperkenalkan kota kelahirannya tercinta, Melaka. AirAsia Indonesia-lah yang mengutus kami ke kota ini, dan Casa del Rio hotel tempat kami menginap selama di Melaka-lah yang telah mengatur perjumpaan kami dengan pemandu wisata kawakan ini.
Tepat pukul 10 pagi beliau memulai Melaka heritage walk bersama kami (sebenarnya terlambat sekitar satu jam karena kami banyak mengambil gambar di resto hotel pada saat sarapan). Maafkan kami, Paman! Beliau tampak antusias hendak menunjukkan pesona Melaka kepada kami. Kota bersejarah di Malaysia yang juga sudah ditetapkan sebagai UNESCO heritage site ini memang layak untuk ditelusuri.
Dari hotel kami menyusuri Jalan Laksamana 1 sebelum muncul di Jalan Tun Tan Cheng Lock. Kisah perjalanan Melaka heritage walk pun dimulai (cerita selengkapnya ada pada caption masing-masing foto).













Untuk menebus keterlambatan kami, Paman tampak mempersingkat kunjungan ke beberapa spot. Kami bahkan melewati kesempatan masuk ke Baba Nyonya Heritage Museum yang legendaris. Tapi selepas Heeren Street beliau tampak sudah beradaptasi dengan gaya pesiar kami, yang terkadang suka berlama-lama mengambil gambar bahkan di depan obyek yang mungkin menurutnya tidak lazim.
Cara Paman Eddie menerangkan suatu hal sungguh menarik, kekuatannya ada pada storytelling. Bagai mendengar dongeng dari mulut kakek. Meskipun beberapa hal kerap terdengar berbunga-bunga, namun tetap memikat. Bagi saya beliaulah nara sumber intangible heritage yang patut dihargai.









Melaka heritage walk kami sebenarnya baru setengah jalan, namun saya dan teman-teman tampak sudah kepayahan. Tampaknya cuaca panas jadi kendala besar, meski Paman tampak masih bugar dan bersemangat (tentu saja karena ia berkaki seribu). Mari rehat sekejap, Paman, kumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan…
Continue on Melaka Heritage Walk Part 2!
Disgiovery yours!
*original cover photo by Bobby Ertanto, taken at the wall of Hotel Puri
** Disclaimer: This Melaka trip was initiated by AirAsia Indonesia dan also supported by Casa del Rio Melaka. However all the opinions in this post are solely mine.
Ini namanya foto yang bercerita. Bagus caramu nulis dan menerangkan mas. Hheheheheh
Terima kasih banyak, mas! Ini memang baru pertama saya coba konsep postingan seperti ini, karena terlalu banyak info & foto yang sayang kalau tak dibagi 🙂
Idenya kece mas Aldi. Mungkin suatu saat aku bisa bikin postingan bernada sama. Eh, jadinya plagiat gak sih? *serius nanya
Hahaha plagiat itu kalau copas sama persis, kak!
Kalau terinspirasi mah wajar, lebih bagus lagi kalau dimodifikasi sesusai ciri khas masing2, dijamin OK! Ditunggu ya photo story ala Omnduut! 🙂
Heritage nya ngena banget mas, lha apalagi bangunan Chee Ancestral Mansion. “Memikat mataku”.
Thanks! Chee Ancestral Mansion dijamin bikin ‘ooooh’ & ‘aaaah’ bagi yg pertama kali melihatnya 🙂
kapan ya indonesia punya heritage macam melaka ini, kawasan yg sungguh cantik dengan berbagai bangunan ato denyut kehidupan yg masih berlangsung sejak ratusan taun silam
Tampaknya pemerintah Indonesia sekarang sudah lebih serius mengelola aset pariwisata semacam ini, hanya mungkin butuh waktu untuk menata lebih baik sekaligus membina mental warganya untuk sadar wisata 🙂
Uncle Eddie, nanti kalau saya ke Melaka ketemu dan guide-in saya ya!
Aku ikut kak First! 🙂
Sehat terus ya Paman Eddie, moga kita bisa berjumpa lagi!
Blogger juga manusia.
Aku kagum sama kalian yang masih semangat jelajah. Belum naik ke bukit dan kuburan Belanda itu aja aku udah mau give up.
Tapi setelah liat foto2 yg ada, malah sujud syukur. Thank you ankel Eddie!
Panas teriknya bikin lemes, dan kita kurang minum. Tapi semua terbayar kan dengan hasil yang didapat 🙂
Nama peninggalan Belanda dan nama Melayu-nya berbeda, kayaknya untuk mengingat nama jalan ku harus tinggal yang lebih lama lagi di sana wkkwkwkw
Beda jauh ya, hahaha! Mau tinggal lama-lama boleh kok, asal jangan kehabisan baterai kamera aja, dududu! 😉
kalau jalan-jalan disini enak bgt kayaknya sambil ambil foto-foto gini, apalagi kalau bisa dibarengi cerita-cerita sejarah dari tempat-tempat ini akan lebih asyik pastinya ya
Betul, kadang mendengarkan langsung kisah-kisah sejarah pada suatu objek heritage sungguhlah menarik hati 🙂
uncle Eddie ini ada kontak atau IG nya nggak Gio?
Sayangnya tidak ada, waktu pamitan pun dia terburu-buru padahal kami mau minta kartu nama.. Nanti coba aku tanyakan sama kak Fahmi ya…