BELITUNG punya cita rasa Melayu yang kuat dalam kulinernya, meski sedikit banyak dipengaruhi pula oleh masakan Cina. Tapi bisa dibilang kuliner Belitung ini masuk selera saya yang doyan makanan nyaman (alias enak dalam bahasa Melayu Belitung). Berikut adalah sedikit dari banyak hidangan kuliner khas Belitung yang pernah saya cicip.
Selamat menikmati!
Nasi bungkus daun simpor
Nasi bungkus kami terdiri atas nasi putih, ayam kampung masak ketumbar, goreng teri (atau biasanya ikan cempedik khas Belitung), dan tumis pucuk iding-iding. Iding-iding sendiri adalah sejenis tumbuhan liar yang berwarna ungu kemerahan dan bentuknya menyerupai tumbuhan paku-pakuan. Tumis pucuk iding-iding ini teksturnya lembut di mulut.
Nasi bungkus ini tersaji di atas daun simpor dan diikat dengan tali purun. Daun simpor bentuknya lebar sehingga cocok untuk membungkus makanan, dan merupakan tumbuhan khas Belitung. Bahkan batik Belitung pun salah satunya menggunakan motif daun simpor. Tali purun sendiri berasal dari rerumputan rawa yang dikeringkan. Tali purun dan daun simpor kerap dipasangkan sebagai pembungkus serbaguna.
Bedulang
Berupa sajian hidangan dalam satu nampan besar, biasanya 1 set untuk 4 porsi dewasa sesuai dengan filosofinya yakni berbagi. Bedulang disajikan dalam tudung lambak, dan para tamu baru diperkenankan menyantapnya jika tudung sudah dibuka oleh sang empunya acara.
Hidangan bedulang terdiri atas 5-6 pilihan menu, biasanya berupa sajian burung punai goreng (rasanya mirip ayam kampung hanya saja lebih alot), ikan kerisi goreng (sedap bagai kakap), otak-otak ikan (kegemaran saya), sup gangan (kedoyanan saya banget), tumis umbut (bonggol pohon kelapa, rasanya seperti rebung bambu), telur bumbu kari, ataupun tumis sayuran ala capcay hingga lalapan rebus dan sambal.
Di sisi bedulang tersedia nampan terbuka yang menyajikan nasi putih dan tentu saja hidangan penutup seperti kue bingka (rasanya mirip bika ambon hanya saja teksturnya padat tidak berongga) dan kue kremes, serta teh dan kopi panas.
Gangan
Sup ikan dengan potongan nenas. Lazimnya menggunakan kepala ikan laut sebagai bahan baku utama (gangan laut), meski ada pula yang menggunakan daging rusa (disebut gangan darat). Gangan yang otentik sama sekali tidak menggunakan bumbu tumisan melainkan bumbu ulek yang langsung dicelupkan ke dalam kuah. Sup ini berwarna kuning, pekat oleh rempah, gurih oleh ikan, dan asam segar oleh nenas.
Mie Belitung
Mie kuning yang ditumpuk bersama tauge dan irisan ketimun, tahu, kentang, lalu disiram udang dan kuah kaldu kental berwarna kecoklatan, terakhir ditaburi emping dan bawang goreng. Tambahkan perasan jeruk nipis dan sedikit sambal. Temani dengan es jeruk konci. Rasanya paripurna.
Jika anda mengunjungi Belitung Timur, cobalah cicip mie Belitung Atep di kota Manggar, atau mie Belitung Man Lie di toko Sederhana, kota Kelapa Kampit.
Entah cuma gurauan atau bukan, tapi pemandu kami sempat menjelaskan tentang perbedaan mie Belitung & bakmi Belitung, dimana yang disebut terakhir biasanya mengindikasikan mie Belitung yang sajiannya mengandung daging oink-oink.
Berego
Hidangan ini bentuknya seperti kwetiaw gulung yang kemudian disiram kuah kari ikan. Adonan berego sendiri terbuat dari tepung beras dan sagu yang dikukus dan digulung lalu dipotong-potong. Teksturnya kenyal, bercampur gurih kuah kari ikan bertabur bawang goreng. Tambahkan sambal jika suka.
Jajak
Jajak (dibaca: jaja’) sendiri berarti kue, biasanya berupa jajanan pasar (entah itu penganan manis atau gurih) yang kerap dibungkus dalam daun simpor. Jenis penganannya tak jauh beda dengan di Jawa, seperti kue talam, kue apem, kue lapis, ketan isi, dll.
Saya hanya sedikit mencicipi beberapa di antaranya, bukan karena rasanya tidak enak, tapi karena saya tidak suka mengudap yang manis-manis. Oya, di Belitung ini (atau mungkin di daerah beradat Melayu lainnya) jika kita hendak menolak makanan yang disajikan, hendaklah menyentuh makanan yang disajikan dengan jari tangan (atau menghirup sedikit minumannya). Demikianlah adab kesopanannya.
Serabi & ketan siram saus durian montong
Serabi dan ketan mungkin sudah biasa, tapi yang istimewa adalah saus durian montong racikan sendiri dimana daging duriannya berasal dari buah matang yang dipetik langsung dari pohonnya, dan dimakan di tengah perkebunan durian montong. Bagi penikmat durian, mungkin ini adalah surga dunia.
Kami menyambangi kebun durian koh Hasan di wilayah Kelapa Kampit, Belitung Timur, dan beliau menyajikan kami hidangan luar biasa ini. Durian montong khas Belitung punya biji yang lebih kecil dengan daging buah yang tebal. Rasanya? Cicip saja sendiri 😉
Nam-nam & keremuntingan
Nikmatilah pencuci mulut alami dari hutan, yakni buah nam-nam dan keremuntingan. Nam-nam sudah menjadi buah langka di Belitung. Buah ini berbentuk seperti ginjal, berdaging tebal, dan rasanya sedikit masam dengan sensasi manis (teksturnya mirip buah pear). Keremuntingan sendiri berasal dari tumbuhan perdu liar, bentuknya elips sedikit memanjang, daging buahnya yang asam manis mengandung biji kecil.
Demikian sedikit dari banyak kuliner Belitung yang dapat saya sajikan di sini. Tunggu apa lagi, mari rasakan nyaman-nya! 🙂
Disgiovery yours!
Gila makanannya 🙂
Bikin pagi ini langsung lapar haaaa
Hahaha mari-mari nikmati sajiannya di monitor screen 😉
Itu kalau bedulang, makannya masih pakai piring masing-masing, hanya lauknya yang berbagi begitu, ya? Di daerah saya asa asat makan bersama yang mirip dengan itu :hehe
Simpor itu tanaman apa? Terus nam-nam itu mirip alpukat, ya!
O iya, soal adat kesopanan makan yang harus icip sedikit itu, saya jadi ingat teman saya dari Pontianak dulu pernah cerita. Mungkin karena mereka sama-sama adat Melayu, ya :hehe.
Betul, bedulang itu sajian lauk pauk yang dibagi bersama, tapi masing-masing makan di piringnya sendiri, hehehe..
Simpor itu semacam pohon peneduh karena bentuk daunnya yang lebar. Nam-nam daging buahnya lebih renyah, tidak lembut seperti alpukat.
Adat Melayu sepertinya memang hampir sama di semua wilayah ya 🙂
Keremuntingan itu kalau di Bangka disebutnya Keraduduk. Bikin lidah dan gigi jadi ungu. 😀
Keraduduk as in sitting monkey? Interesting! 🙂
Oya bikin ungu ya, berasa vampir abis makan keremuntingan! 😀
Langsung lapeer, tanggung jawab kak. Pengin gangan sama mie belitungnya,. aku kudu piye kak?
Kamu mesti liatin monitor screen sampe kenyang, hahaha! Yuk, nge-Beltim lagi! 😉
hujan tiada henti dari semalam trus kepikiran pengen makan bakmi yg panas2
trus karena hujan malas keluar kamar jadi jalan2 aja di dunia maya
eeeeh masuk ke sini jadi lapar
trus ingat blom nulis tentang mie belitong 😉
*lapar deh*
Hahaha semesta membawamu kesini, kak Olive!
Duhai ujan2 gini emang enak makan mie Belitong, bangets! 🙂
TANGGUNG JAWAAABBB….
gak kenyang cuma lietin monitor kak
sinih, bungkus kirimin ke malang satu kak
lapeerr… 🙁
Ayo kalau disuruh pilih satu, kamu akan pilih yang mana, kak Yof? Tinggal tunjuk aja, nanti aku tinggal manggut 😉
Neguk air liur :))
Ayo nambah lagi, kak! 🙂
*sodorin minum*
GLEK!
sediih, dulu ke belitung cuma nyicip mie belitung-nya aja
mau serabiiiiiii T_T
Hahaha ayo balik lagi, Dit! Atau mau ikut trip kuliner sama saya? 😉
howaaaa kapan kaaaak? pengen trip kuliner bangka – belitung sekalian deh baaang 😀
Tiap tahun biasanya suka ada media trip Belitung Timur, nanti dikasih tau deh kalo ada info untuk trip tahun ini 🙂
mauu
Silakaaan 🙂
Oink-oink itu maksudnya babi kan ya?
Setau saya memang makanan yang bernama bak- itu aslinya pakai daging babi. Bakmi, bakmoy, bakso, dll. Tapi karena di Indonesia jadi disesuaikan tidak pakai daging babi supaya bisa dimakan siapa saja.
Otak-otak yang disajikan di Bedulang itu kayaknya gede bener ya? Puas banget tuh. Tapi di Belitung sana mereka makan otak-otak tanpa sambal kacang kah?
Waduh, pantesan bakso rasanya enak #halah
Iya, otak-otaknya mostly segede-gede itu, ga perlu sambel kacang lagi, tapi pake nasi! Hahaha..
Lucu juga yaa bedulang nya itu, makan bisa rame2 hahaha.
Kalo gw selalu kangen suto mak janah di deket bunderan belitung, itu endessss bangetttt
Bisa suap-suapan berempat, hahaha!
Wah next time musti coba soto mak janah berarti..
Bedulang makannya rame jadi tambah akrab pasti deh 🙂
Bedulang asiknya rame-rame! *kayak iklan* 😉
sumpah, langsung ngiler..
selain alamnya, wajib kulineran juga nih pas berkunjung ke belitung.
Wisata kuliner Belitung emang mantap dan nyaman! 🙂
Oh MG itu makanannya bikin ngiler semuanya apalagi nam2, terus nasi bungkus daun simpor dan gangan nya juga bikin ngiler
Enak semua kak! Saya paling doyan gangan, apalagi disantap pas dingin-dingin begini 😉
aaakkk, nostalgiaan beltim ini maaahhh ..
untung aku udah makan, bang, jadi ngga ngeces-ngeces amat baca tulisanmu ini ..
dari semua foto, tetep yang paling menggoda ya kamu, eh, berego, maksudnya .. 😀
*kelepasan*
*sengaja padahal*
*ya sudah lah*
*kabur naik perahu kater*
Hahaha bisa aja nih si neng! Besok-besok balik lagi ya sebelum makan! 😀
*colek pake dayung perahu kater*
yg aku penasaran bgt Berego :).. Kayaknya simple, tp psti kuahnya kaya rasa.. Ya kan :D? Lain2nya ampir mirip ama makanan Sibolga yg udh sring aku cicip ;p..Palingan penamaannya aja rada lain..:)
Kuahnya sederhana saja, tapi memang kaya rasa! Wah, apa makanan Sibolga favoritmu, kak?
Okee, sekarang jam makan siang, waktunya makan *cuma bisa makan nasi telor dadar dan sambal di kontrakan* :3
Yg penting nikmat, kak Rifqy! *comot telor dadarnya*
ada petunjuk detail dimana saya bisa nemuin serabi & ketan siram saus durian montong ini?
Mungkin di Belitung sendiri banyak yang jual, atau coba ke daerah Kelapa Kampit dan tanya warga lokal bagaimana cara ke kebun duren Koh Hasan 🙂
Woww.. Sebagian besar makanan Belitong sudah dicicipi ya Mas. Saya kebetulan asli Kelapakampit. Terima kasih sudah menulis tentang Belitong dengan begitu keren. Salam Kenal
Halo Fadhil, salam kenal juga 🙂
Wah asli Kelapakampit rupanya, tempo hari saya cuma numpang sarapan mie Belitong di sana sama makan serabi duren. Semoga next time bisa balik kesana buat explore 😉
Oh kalo di Belitung, Burgo namanya Burego cuma kayaknya tekstur makanan sana agak-agak pucat warnanya.
Kalau di Palembang beda warna dan tekstur ya? Di Bangka juga sepertinya 🙂
Auto laper hahaha
Ayo nambah bang! 🙂