“SEBUTKAN nama-nama candi yang kamu tahu!”
“Borobudur!”
“Prambanan!”
…
..
.
#kemudianhening
Ayo siapa lagi yang bisa jawab? 😉
Candi adalah simbol peradaban masa silam (tangible heritage) yang sebenarnya banyak menyimpan kisah menarik (intangible heritage) di baliknya.
Tanah Jawa berkelimpahan dengan candi-candi seperti ini, namun kebanyakan orang hanya mendatangi Borobudur atau Prambanan saja, padahal masih banyak terdapat candi lainnya, beberapa bahkan jarang dieskpos.
Pada road trip tahun lalu saya dan teman-teman berkesempatan menyambangi ‘sedikit’ di antara candi-candi ini di sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Itupun tak semua sempat dikunjungi karena keterbatasan waktu.
Oleh karenanya saya ingin berbagi sedikit ‘contekan’ itinerary kami ditambah beberapa penambahan point of interest. Telusuri komplek candi yang didatangi dengan lebih saksama, rasakan energinya, resapi makna kisahnya.
Karena itu saya canangkan waktu setidaknya 3 hari untuk kalian bisa melaksanakan ibadah amazing race ke 21 candi ini.

AGENDA AMAZING RACE 21 CANDI
Hari 1
01. Candi Sambisari
02. Candi Kalasan (Tarabhawana)
03. Candi Sari
04. Candi Gana
05. Candi Plaosan (Lor & Kidul)
Hari 2
06. Candi Prambanan
07. Candi Lumbung
08. Candi Bubrah
09. Candi Sewu
10. Candi Sojiwan
11. Candi Dawangsari
12. Candi Barong
13. Candi Banyunibo
14. Candi Ijo
Hari 3
15. Candi Borobudur
16. Candi Pawon
17. Candi Mendut
18. Candi Ngawen
19. Candi Gunung Sari
20. Candi Gunung Wukir
21. Candi Losari
Hari 1
Hari ini semua kegiatan berurat nadi di Jl. Yogya-Solo dan sekitarnya.
Candi Sambisari
Dibangun pada awal abad 9 M, candi Hindu (Syiwa) ini berada di area yang posisinya sekitar 6,54 m di bawah permukaan tanah. Letusan gunung Merapi di masa lampau sempat membuat candi ini terkubur dan baru selesai direkonstruksi pada 1986/1987.
Candi Kalasan (Tarabhawana)
OK, nama candi ini mengingatkan saya pada ayam goreng, dan bukan kebetulan ketika sedang memotret candi ini ternyata seekor ayam gemuk tampak melenggak-lengok depan kamera. Lokasi candi Kalasan berdekatan dengan jalan raya namun suasana di sini sungguh tenang dan teduh.
Candi Buddha ini didirikan pada abad ke-8 sebagai penyembahan kepada Dewi Tara (dewi pembebas/penyelamat). Candi utamanya mencapai tinggi 34 m. Penelitian menunjukkan bahwa candi ini adalah bangunan yang ketiga yang didirikan di lokasi yang sama.
Candi Sari
Dipercaya sebagai biara (asrama) para bhiksu yang sedang menjalankan ibadah di Tarabhawana. Bentuknya memang seperti wisma besar dua lantai, hanya saja berstupa dan tersusun dari batu.
Saya langsung membayangkan apakah seorang pejalan di masa lalu yang tengah mengembara (atau melaksanakan misi Amazing Race) di bumi Jawadwipa dapat pula menginap di bangunan ini.
Candi Gana
Ialah salah satu candi yang terletak di luar komplek Candi Prambanan (susuri saja Jl. Prambanan-Sewu hingga pertigaan Dukuh Bener lalu belok kanan). Candi ini banyak memiliki relief/arca binatang.
Candi Plaosan
Lokasinya tak jauh dari Prambanan namun kerap terlupakan. Dari Jl. Prambanan-Sewu tinggal ikuti saja plang yang menunjukkan arah ke Plaosan.
Candi kembar (Plaosan Lor & Kidul) ini termasuk unik karena didirikan oleh dinasti Syailendra (Buddha) dibantu oleh dinasti Sanjaya (Hindu). Berlatar belakang kisah dua sejoli Rakai Pikatan dan Pramudya Wardhani yang berbeda agama dan budaya namun dipersatukan oleh cinta.
Tak aneh jika komplek candi ini demikian cantik dan fotogenik. Can’t you see the resemblance here?



Situs Keraton Ratu Boko
Hari pertama ditutup dengan sunset view di Keraton Ratu Boko (dicapai dari Jl. Piyungan-Prambanan).
Komplek istana di atas bukit ini kerap dikira sebagai candi. Dibangun pada abad ke-8 M oleh dinasti Syailendra (Buddha) dengan pengaruh Hindu yang kuat. Inilah contoh lain toleransi antar agama. Suasana senja jingga di gapura Keraton Ratu Boko adalah momen istimewa, bahkan bisa dibilang salah satu ikon wisata Jogja.
Jika masih ada waktu dan tekad, sekitar pukul 19:30 kita dapat menyaksikan pertunjukan megah Sendratari Ballet Ramayana di Prambanan, tak jauh dari situs keraton ini.

Hari 2
Pukul 06:00 tiba di komplek Candi Prambanan di Jl. Yogya-Solo. Menyambangi candi di pagi berkabut sungguhlah istimewa.
Candi Prambanan
Ialah candi Hindu terbesar di Indonesia (tinggi 47 m) yang tak lepas dari legenda Loro Jonggrang & Bandung Bondowoso. Candi ini terkenal akan keindahan relief Ramayana di dindingnya. Dulu saya kira ia kecil saja, tapi ternyata komplek candi ini luas bukan kepalang, meliputi pula candi-candi Buddha seperti Lumbung, Bubrah, dan Sewu.
Candi Lumbung
Candi Buddha yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 M pada zaman Kerajaan Mataram Kuno ini sedang dalam proses pemugaran.
Candi Bubrah
Candi Buddha yang sesuai namanya (‘bubrah’ dalam bahasa Jawa berarti hancur berantakan) kondisinya memang masih porak poranda. Yang tertinggal hanya ‘batur’ (kaki candi) dan puing-puing batu bekas dinding.
Candi Sewu
Ialah candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur ini dibangun pada abad ke-8 M. Konon inilah candi seribu yang dibangun oleh Bandung Bondowoso. Sebenarnya gugusan candi Sewu ini hanya berjumlah 249 saja dan tidak mencapai seribu. Ayo, siapa mau hitung ulang?


Candi Sojiwan
Dicapai dari jalan masuk di seberang Prambanan. Candi Buddha ini sekilas mirip Prambanan dengan puncak-puncak stupa bak Borobudur, dan dipenuhi dengan relief fabel seperti singa dan banteng, gajah dan kambing, hingga garuda dan kura-kura. Saatnya bebaskan imajinasi dan ceritakan kembali tentang fabel-fabel tsb menurut versimu sendiri! 🙂
Candi Dawangsari
Ambil jalur ke arah Pereng dan menanjak bukit, ikuti plang menuju candi Dawangsari. Ialah candi Budha yang sebagian besar masih berupa reruntuhan.
Candi Barong
Candi Hindu yang ditujukan bagi dewa Wisnu & dewi Sri. Candi di lereng bukit ini sederhana saja tanpa relief, namun punya ciri khas berundak-undak dengan tiga teras yang makin ke atas semakin menyempit.
Situs Stupa Sumberwatu
Makan siang di Abhyagiri Resto di dalam komplek resort Sumberwatu Heritage. Di sini terdapat pula situs stupa Sumberwatu. Menarik, kan?
Situs Watu Gudig
Dari Jl. Piyungan-Prambanan ke selatan kita akan melewati situs Watu Gudig (berseberangan dengan bukit Ratu Boko). Yang tersisa di situs ini adalah sejumlah batu-batu bulat besar berdiameter 50-75 cm, yang ditengarai adalah batu umpak dari tempat peristirahatan Ratu Boko.
Candi Banyunibo
Candi sebatangkara di antara perkebunan tebu ini dibangun sebagai candi Budha pada abad ke-9 M. Hingga saat ini hanya candi induk yang berhasil dipugar, sementara candi-candi perwara tak satupun terselamatkan.
Situs Arca Gupolo
Situs Arca Gupolo letaknya searah dengan candi Ijo. Situs ini terdiri atas arca-arca yang terserak di hutan tanpa candi. Arca terbesar berupa perwujudan Rsi Agastya setinggi hampir 2 m, selebihnya adalah 7 arca yang lebih kecil.
Candi Ijo
Terletak pada titik tertinggi di Jogja (410 mdpl) dan dibangun pada abad ke-9 M. Yang menarik terdapat prasasti yang konon memuat mantra kutukan yang hingga kini belum terungkap latar belakangnya. Menyaksikan sunset dari ketinggian candi Ijo sangat direkomendasikan.

Hari 3
Candi Borobudur
Belum ke Jogja jika belum mengunjungi Borobudur (padahal letaknya di Jawa Tengah). Tapi belum tentu semuanya pernah menyambangi Borobudur pada saat matahari terbit kan?
Pukul 04:30 pagi sebaiknya sudah tiba di Hotel Manohara Borobudur untuk sunrise trip. Pengunjung akan dipinjamkan senter dan diberi kain panjang sebagai tanda pengenal. Rasakan pengalaman menjejak Borobudur dalam nuansa berbeda, sejak gulita hingga terang pagi menyinari stupa-stupa berlatar kabut. Such an amazing race experience!
Alternatif sunrise Borobudur yang lebih murah adalah dari bukit Punthuk Setumbu (tarif Rp. 15.000/orang). Tapi itu bukan perbandingan, karena pengalaman yang didapat pun jauh berbeda.
Candi Pawon
Terletak sekitar 1,7 km sebelah timur Borobudur. Relief pada candi ini mengindikasikan relief permulaan candi Borobudur, bahkan dipercaya sebagai bagian dari Borobudur itu sendiri. Menurut peneliti sejarah, candi Pawon merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra (782 – 812 M), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra.
Candi Mendut
Dibangun terlebih dahulu daripada candi Pawon atau candi Borobudur. Candi umat Budha di Jl. Mayor Kusen ini masih rutin dipakai untuk tempat sembahyang. Secara imajiner, posisi candi Borobudur, candi Pawon, dan candi Mendut sendiri terletak dalam satu garis lurus.
Candi Ngawen
Terletak Jl. KR Santri, tak jauh dari pasar Muntilan. Dibangun pada abad ke-8 M di bawah dinasti Syailendra (Budha) dengan pengaruh Hindu yang kuat. Dari kelima candi, hanya satu yang relatif masih utuh.
Candi Gunung Sari
Jika masih punya stamina, bersiaplah mendaki bukit untuk mengunjungi reruntuhan candi-candi Hindu yang dibangun pada 732 M oleh dinasti Sanjaya, yaitu candi Gunung Sari. Dibangun menghadap barat, masih banyak terdapat bagian candi yang terlilit akar pohon. Lokasinya tak jauh dari Jl. Yogya-Magelang KM 24 di desa Gunungsari, dusun Gulon.
Candi Gunung Wukir
Dibangun menghadap timur, diperkirakan merupakan candi tertua dari kerajaan Mataram kuno. Lokasinya berada di sebelah timur laut kota Muntilan (via Jl. Ngluwar).
Candi Losari
Dekat tugu perbatasan Jogja-Jawa Tengah di sisi Jl. Yogya-Magelang terdapat petunjuk menuju candi Losari. Candi yang ditemukan tahun 2004 silam tsb kini terendam air setelah penggalian, bagaikan candi yang dibangun di tengah kolam. Candi Hindu yang dibangun pada abad 8-9 M ini sebelumnya tertimbun endapan lahar Merapi.


Sebenarnya masih ada banyak candi-candi lainnya yang tidak termasuk dalam daftar di atas. Tapi mari fokus saja pada yang termaktub.
Itinerary Amazing Race ini bukan daftar kewajiban untuk menyambangi semua candi yang tertera (apalagi ada beberapa candi/situs yang lokasinya cukup menantang untuk ditemukan). Tantangannya justru untuk menyerap makna dari setiap candi/situs, apakah ada wawasan baru yang didapat? Seberapa besar rasa cinta tanah air tergugah?
Jika benar-benar bisa mengalaminya, SELAMAT! Anda pemenangnya!
Disgiovery yours!
Catatan: Artikel ini pernah dimuat di majalah MyTrip vol. 24/2015 lengkap dengan how to go, where to eat, dan rincian anggaran. Tulisan di blog ini mengalami sedikit modifikasi.
Dulu… sekali, waktu masih bocil aku pernah diajak ke candi Penataran, entah di manakah itu, tapi itu adalah kunjungan candi pertama dalam hidupku.
Candi Penataran kalo gak salah di Jatim. Terus gimana, happy gak diajakin ke candi? Hehehe.. Kalau saya waktu bocil sih seringnya ikut Penataran P4 😉 #anaklama
Wahahaha, bener banget, paling yang inget cuma candi-candi yang populer ya, tapi kalau disuruh nyebutin 21 aja, mungkin bakal blank 😀
Hahaha, setidaknya sekarang nambah dikit lah pengetahuannya. Btw kalo disuruh sebutin nama2 mantan masih hafal gak, kak? #eh
Sebagian besar caci yang disebutin udah aku kunjungi naik sepeda. Ngak nyangka reruntuhan candi Gana itu tersebut; masiha da reruntuhan candi kedulan, candi bintaran, candi klodangan dan lainnya hahahahhah. Banyak banget kalau candi 😀
Nah kan nah kan.. bisa ratusan candi kalau dikumpulin datanya nih 🙂
Mas emang naik ke Ratu Boko sama candi Ijo bisa bawa sepeda? Kuat juga ngayuh & napasnya, hahaha 😀
horeee yudi udah pernah ke 10 candi.. walaupun belum 21 tapi bangga dong.. :))
Bolehlah Yudi dapet medali perunggu, hahaha! Ayo tingkatkan lagi prestasimu! 🙂
asli keren bang, bisa jalan2 ke semua candi-candi itu.. tapi paling keren ya tetep borobudur dan prambanan hehe
Betul, tergantung perspektif masing-masing aja, hehehe 🙂 Saya juga suka Borobudur kok, terutama pada saat sunrise…
itu capek banget om pasti amazing race 3 hari ke segitu banyak candi :)))
kompleks Candi Prambanan aja keknya bisa sehari sendiri 😀
Bangets! 🙂 Makanya kalau bisa keliling candi Prambanan dimulai sejak pukul 6, hehehe 😀
Niat banget nih kakak untuk mengetahui berbagai candi.. 😀 jadi pengen lah
Ayo bolehlah dicoba itinerary-nya 🙂