disgiovery.id
SEMESTA berkonspirasi. Jadwal pesawat yang tertunda menyebabkan kami harus memperpanjang waktu di Labuan Bajo. Lalu datanglah kapal-kapal LOB menjemput. Kegiatan LOB alias live on board (meski istilah asingnya adalah live aboard) sebenarnya tak tercantum dalam itinerary, namun demikianlah pada akhirnya.
Syahdan berlayarlah kami dengan pinisi. Inilah kado besar besar bagi kami dengan panjang 33,5 meter dan kekuatan 300 tenaga kuda. Dengan laju ia membawa 14 penumpangnya yang berasal dari beberapa negara meninggalkan Labuan Bajo menuju perairan Taman Nasional Komodo. Bagai bocah yang riang menemukan tempat permainan baru, demikian pula kami di atas kapal MV Raja Ampat Explorer yang bakal menjadi tempat live on board untuk 1 malam.
Walau hanya 1 malam, tapi kami tetap mendapat pelayanan full service. Amboi, MV Raja Ampat Explorer ini memang bukan main-main. Kapal terdiri atas 3 level, kamar-kamar tidur berpendingin udara di level bawah, lounge dan ruang makan di level tengah, serta sun deck dan ruang nahkoda di level atas. Awak kapal punya spesialisasi masing-masing seperti mekanik, pemandu, juru masak, hingga instruktur selam. Kurang juru pijat saja sih #ehgimana




LOB Komodo bersama Raja Ampat Explorer membawa kami menjelajahi nusa-nusa berikut:
Pulau Kanawa
Berhubung tak ada di antara kami yang menyelam, akhirnya perairan pulau Kanawa menjadi sasaran untuk snorkeling. Apes, action cam yang saya bawa malah habis baterai. Lalu teman saya, Ming, menginjak bulu babi sehingga ia segera kembali ke kapal. Saya berenang-renang sendirian sampai bosan, dan lupa untuk menginjakkan kaki di pulau Kanawa yang berpasir putih. Rakit bermotor dari kapal kami sudah standby untuk antar jemput. Rasanya jumawa bisa berseru “Raja Ampat Explorer!” lalu rakit datang mendekat. Horang kayah!
Pulau Mesa
Kunjungan spesial bertema human interest. Pulau terpencil di tengah perairan Komodo ini dihuni oleh keturunan suku Bajau yang sengaja bermukim di pulau tanpa sumber air tawar. Konon mereka menghindari nyamuk. Legenda bilang begitu. Rasanya sulit membayangkan seperti apa kehidupan yang dijalani di pulau gersang tsb (pasokan air bersih mereka didatangkan dari Labuan Bajo). Namun anak pulau tetaplah anak pulau yang tampak riang tak bersusah hati. Sekilas photo essay tentang pulau Mesa sudah tayang di sini.
Pulau Padar
Pulau paling fotogenik yang selalu mengingatkan saya pada zaman Jurassic. Pucuk-pucuk bukit karang tampak tajam dan buas. Laut-laut berkarang dengan ombak liar. Pendakian menuju puncak gemilang cahaya tidaklah mudah karena medan yang berpasir. Tapi jangan kuatir, mendakilah hanya sampai setengah puncak, karena di sanalah view paling indah ke seluruh penjuru pulau dapat terlihat. Kami menanti pemandangan matahari terbenam di sini, meski tak sempurna terhalang mendung. Tak apa, yang penting sudah foto wajib di spot ini.





Gelap sudah tatkala kapal berlabuh di balik sebuah pulau tak bernama. Sekeliling kami gulita, sama sekali tak tampak tanda-tanda peradaban seperti kerlip lampu atau apapun. Bahkan sinyal ponsel pun tak terjangkau. Kami merasa begitu kecil di tengah keluasan semesta. Saya merasakan sensasi petualangan di sini. Mungkin di sinilah sensasi LOB Komodo yang sebenarnya. Kubah bintang di atas kapal bahkan tak mengurungkan dua orang teman kami asal Jepang untuk minta diantar ke pulau demi mengambil gambar galaksi bima sakti. Deru rakit bermotor lamat-lamat menjauh seiring lelap.
Saya tak tahu berapa lama tertidur hingga akhirnya terbangun saat merasakan kapal mulai bergerak. Rakit sudah tertambat di belakang kapal, berarti dua orang pemburu galaksi sudah kembali. Suasana dalam kapal tampak lengang dan senyap. Saya menyusuri ruang demi ruang, seakan meresapi semuanya sebelum harus kembali mendarat pagi ini.
LOB Komodo kami kali ini memang singkat saja, namun tetap timbul kesan mendalam yang dirasakan semua penumpang. Lihatlah wajah-wajah memelas yang muncul dari kamar sembari menggeret tas masing-masing. Perjalanan kami masih harus berlanjut di Bali, namun Bali-pun tak dapat mengenyahkan keinginan kami untuk tinggal lebih lama dan mengarungi lautan Komodo. Doakan kami kembali!
Disgiovery yours!


Kalau bilang Pinisi, pikiranku langsung tertuju pada Dewaruci 🙂
Gugusan bukitnya terbentang itu indah sekali.
Dewaruci emang top! Gugusan bukit di Komodo juga top! 🙂
sedikit koreksi mas, Dewaruci bukan phinisi, karna tiangnya ada tiga sementara ciri khas phinisi kan tiangnya ada dua hehehe
Wah baru tau nih, thanks so much atas koreksinya ya! 🙂
Kawasan Indonesia timur yang paling bikin mupeng. Mudah-mudahan bisa ke sana juga nanti amin.
Aamin! Syukurlah Indonesia Timur masih alami karena jauh dari carut marut ibukota…
andaikan.. andaikan.. lombok dan pulau komodo itu dekat.. pasti enak kemari.. ini dari aceh mau ke bali aja saya harus stress kang.. sekali terbang 1,8 jt paling murah 🙁
ke malaysia hanya 300rb #curcol
Tapi, insya Allah, lombok masuk dalam target Kunjungan!
1,8 jt per orang? Sementara dirimu musti bawa 4 orang ya.. Semoga berlimpah rejekinya supaya bisa nabung beli tiket 🙂
Yud, rencana penerbangan Phuket-Sabang-Penang sudah terwujud belum?
asyik! seru banget itu muter muter pakai kapal.
btw, itu kenapa kok begitu habis menginjak bulu babi langsung naik? 😐
Karena sakitnya tak terperi, konon katanya begitu. Kalau ada duri yang tertinggal di dalam kulit maka harus dipukul2 supaya hancur. Ada pula yang bilang harus disiram amonia (atau air seni).
Indahnya pemandangan dan birunya laut membuatku menghayal kapan bisa ke sinih..
Semoga khayalan jadi kenyataan suatu hari nanti ya 🙂
Semalam untuk selamanya jatuh cinta dgn LOB Komodo ya kak, semoga aku bs ke sini juga ya
Ayo kak LOB Komodo, nanti aku nebeng ya, hahaha 😀
eh kang.. klo ke flores lagi.. dan butuh teman.. saya bersedia kang! 😀
Ahaha mari-mari sini!
RACUUUUUUNNN.
Damn. Gue jarang punya impian kuat soal menjelajah Indonesia, tapi live on boat (LOB) di Komodo ini susah buat tidak dijadikan ultimate wishlist. Pengalaman tinggal di atas kapal selama berhari-hari, atau meski cuma 2 hari pun, rasanya akan menjadi sebuah pengalaman hidup yang berkesan.
Lalu, OMG, itu Pulau Padar mystical banget. Keren!
Ku pun awalnya tidak ambisius, maksudnya kemana arus kan membawamu pergi saja. Beruntung Tuhan kasih saya arus ke timur selama beberapa kali dalam setahun ini. Ditambah bonus LOB! #hamdallah
Anyway, Pulau Padar memang wajib kunjung!
Kang, ada yang bilang film King Kong itu terinspirasi dari Pulau Padar di kawasan Pulau Komodo. Entah itu sebatas joke atau betulan 😀
Hahaha mungkin joke ya, soalnya waktu King Kong pertama kali dibuat sepertinya pulau Padar belum masuk destinasi wisata deh 😉
jadi tambah pengen LOB komodo lahh… arrghh..!!
AHaha ayo mari-mari kak 🙂
kakak kapan kesana lagi?
kalo mau kesana bilang yah, aku mau nebeng loh, jadi tukang masaknya aja gak pa2 deh
Hehe, ayo nabung dari sekarang.. 🙂
Ah mupeng lihat foto” mas gio di labuhan bajo ????????
Hahaha, jangan cuma mupeng, ayo wujudkan! 😉 #halah
Suka merinding lihat foto-foto pemandangan, saking takjubnya.
Iya sih ya, cocok juga pulau Padar jadi set Jurrasic World selanjutnya hehehe
Pemandangan di kepulauan Nusa Tenggara memang menakjubkan, seakan terlempar kembali ke masa Jurassic, hehehe…